Cari Blog Ini

Jumat, 10 Desember 2010

Edisi Desember 2010


Tapos Edisi Desembe 2010
Redaksi:
Dewan Redaksi; Prof. Dr. H. Mohd. Askin, SH, MH, Drs. HM. Akib Patta,  Dr. Mohd. Sabri, AR. M. A, Prof. Dr. Muh. Jufri, M. Psic, Hj. Bau Ratu Saleh; Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi: M. Alwi; Staf Redaksi: Andi Syahruni, Apri Pratama, Abdul Jabbar ; Koordinator Liputan: Muhammad Suaib Rewata; Tim Peliput:  Salman, H. Ahmad, Rahmatia, Suniman, Dedy, Muh. Jufri, Kurniawan, Rusniati; Sirkulasi dan Keuangan: Raja Bulan Haiyung; Biro Makassara: Mastura, S. Ag. Biro Kendari: Ramdan., Biro Mamuju: Muh. Tanawir, SP. Biro Luwu: Andi Armin, S. Pd. Biro Jakarta: Andi Taufan. Biro Bogor: Hj. Bau Ratu. Biro Alor/NTT: Assegaf. Biro Wakatobi: H. Bahari. Penerbit : Yayasan Lembaga Study dan Pemberdayaan Masyarakat (LESDAM) Kabupaten Maritim Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

Pengantar Redaksi
Bismilah. Kehadiran kembali Tabloid Tanadoang  Pos ternyata mendapat sambutan yang luas dan hangat dari berbagai fihak dan relasi kami khususnya, ternyata mengobati kerinduan pencinta Tapos. Ini terbukti dengan Larisnya Tapos dan begitu diminati para pembaca khususnya pembaca di pedesaan yang sulit mengakses informasi melalui media massa.
Salah satu sebab kenapa begitu besar sambutan dan harapan masyarakat terhadap kehadiran Tapos adalah bahwa media terbitan Makassar atau dari luar daerah selayar, agak jarang memberitakan tentang Selayar, selain itu Tapos hanya memuat berita dan informasi yang ada di Selayar ini, sehingga kloplah sudah. Selain itu apresiasi masyarakat terhadap Tapos adalah karena keberaniaannya mengungkap fakta tanpa menutup-nutupinya.
Pada rapat Redaksi untuk penerbitan edisi ke 2 ini, kru bersepakat untuk bekerja lebih keras dengan komitmen kemandirian dan idealisme yang tinggi. Kamipun mengapresiasi antusiasisme masyarakat Selayar dengan bekerja lebih propesional, Jujur dan berani mengungkapkan fakta.
Untuk edisi kali ini kami mencoba tampil lebih elegan dengan Hot Issyu pemotongan dana Beasiswa Miskin oleh pihak sekolah Tak ketinggalan Rubrik Pendidikan yang menampilkan Profil Sekolah berprestasi dan Rubrik Pojok Kota yang membidik Silaturrahiim dan ngopi bareng kru Tapos dengan Kapolres Selayar bersama Jajarannya di Warung Kopi Culang serta kabar dari desa-desa yang sempat disambangi Tapos.
Kami bisa memahami betul sikap sebagian nara sumber yang cenderung tertutup membuat kemungkinan ada informasi yang tidak utuh kami sajikan, namun semoga dapat dimengerti oleh pembaca budiman.
Apapun yang kami suguhkan tiap-tiap edisi adalah hasil kerja keras kru/wartawan kami, berupaya mengungkap secara apa adanya dan selengkap mungkin. Meski tidak mungkin mewakili kondisi Selayar secara keseluruhan, namun inilah sebahagian kecil kondisi Selayar dalam berita apa adanya.
Selayar dalam berita di “Tapos” dapat pula diakses di cyber world (internet) dengan mengakses melalui mesin pencari http://www.google.co.id kemudian ketik taposselayar lalu Klik Tapos Okteber 2010 atau Tapos November 2010. Ini bukan untuk gagah-gagahan, tapi kami berupaya merambah seluruh pembaca di wilayah nusantara, selain itu biro-biro yang  tersebar di luar Selayar dapat mengakses lewat internet sebelum kiriman via sistem manual sampai ke tangan mereka.
Satu catatan penting bagi kami bahwa hanya 60% rencana pemberitaan yang dapat kami penuhi sebagaimana rencana bulan lalu, hal ini disebabkan bahan pemberitaan terkait dengan beberapa judul berita belum rampung seluruhnya. Namun kami telah menggantinya dengan berita yang tidak kalah menarik dan tajamnya.
Insya Allah Edisi berikut kami tampilkan Profil Tokoh Putra/Putri Selayar di perantauan yang tergolong sukses. Sehingga Tapos menjadi media komunikasi bukan hanya internal Orang selayar di Selayar, tetapi juga menjadi media Komunikasi orang Selayar di Seluruh Indonesia.
Salam.

Mimbar Demokrasi
 “Kita Adalah Pemilik Sah Repoblik Ini”
(Catatan Atas Bisnis Kemiskinan dan Hilangnya Roh Idealisme Penyelenggara Negara)
Abdul Halim Rimamba *)
Satu persatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpindah ke tangan Asing dan sekarang nyaris tak tersisa. Adapula hak eksploitasi Bumi Nusantara yang boleh digarap asing hingga anak cucu dengan pembagian yang “sangat-sangat” tidak adil; sebagai contoh Tambang Gas Tangguh dan Tambang Free Port, belum lagi korupsi yang membudaya dalam sendi kehidupan. Dari yang jumlahnya Triliunan di pemerintah pusat sampai puluhan atau ratusan juta dilevel pemerintah desa.
Negeri ini tak ubahnya seperti Kerajaan Harta Karun yang tak terhingga kekayaannya, sementara rakyatnya menjadi buruh kasar yang upahnya antara dibayar dan tak dibayar, Mayoritas Rakyat Kita masih tergolong “miskin”. Kemiskinan Rakyat kita adalah kemiskinan massif dan terstruktur, seakan kemiskinan itu adalah hal yang direncanakan dan penting untuk dipertahankan, setidak-tidaknya menjadi jualan dan komoditas yang sangat ekonomis untuk dijajakan, lihatlah betapa kemiskinan itu menjadi pembicaraan kaum gedongan dan terpelajar, agenda “pembicaraan harian” pemerintah mulai dari aparat pemerintah Pusat di Ibu kota Negara sampai ke pelosok-pelosok desa yang nyaris tidak mengenal peradaban; Semua menjadikan kemiskinan sebagai jualan dan buah bibir untuk memperindah penampilan, meninggikan status sosial dan menimbun diri dengan kekayaan yang tidak perduli bagaimanapun cara meraihnya.
Ironi ini bukan karangan belaka, namun sebuah fakta yang secara kasat mata dan vulgar dapat kita saksikan sehari-hari di sekitar kita dimanapun dan kemanapun kita berada, kesenjangan sosial-ekonomi dan stratafikasi kehidupan masyarakat kita begitu kontras. Pejabat Birokrasi dan Pejabat Politik yang lalu lalang dihadapan kita setiap saat memiliki segala kemewahan fasilitas hidup, sementara di kiri kanan mereka berjubel manusia-manusia kere dan kumal karena kemiskinan yang “dipatenkan” kepada mereka
Sangat miris dan memilukan-hati memang, tapi itulah realitasnya, “Patensi” miskin didesain dan direncanakan untuk tetap langgeng, demi langgengnya kekayaan dan harta benda para koruptor. Tak heran jika Indonesia dikenal sebagai negara terkorup di Asia Tenggara, dan terkorup peringkat ke tiga di dunia.
Kalau hanya kemiskinan yang menggejala secara massif dan terstruktur, dapatlah di pahami sebagai sesuatu yang tentu tidak disengaja, dengan dalih; hanya salah perencanaan, dis-orientasi ataupun kurang propesional pelaksanaannya, paling buruk sebutannya adalah “kebodohan pelaksanaan saja”. Tapi Ironi terburuk dan menjadi catatan penting dalam sejarah peradaban kita adalah adanya indikasi “penjajahan manusia atas manusia”, “penjajahan diantara sesama anak negeri”.
Meski Taufik Ismail dalam Puisinya berkata “Kita adalah Pemilik sah Repoblik ini!”, tapi mayoritas bangsa ini menjadi penumpang dinegeri sendiri, menjadi budak di rumah sendiri; “bukan pemilik”, “bukan tuan rumah”, kalau ada yang “sejahtera” itu hanya sebagaian kecil saja, Merekapun mayoritas “bermental penjajah” yang “Rakus bin “tidak ada puasnya”.
Mendingan nasib mereka yang nyata-nyata membudak di negeri orang, menjadi babu dan buruh di luar negri. Setelah pulang dari mengumpul Dollar ataupun Dinar, mereka menjadi Orang Kaya Baru (OKB), meskipun ada pula yang pulang dengan duka nestapa karena kurang beruntung ketemu dengan tuan atau majikan yang bengis.
Lihatlah Fakta yang terlihat; Pembangunan fisik dan infrastruktur tidak memberikan kesejahteraan yang berarti karena pembangunan fisik infrasturktur tidak dengan tujuan pensejahteraan rakyat, tetapi untuk menambah income mereka yang sudah berkantong tebal. Arah pembangunan tidak lagi Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya sebagaimana Tujuan Pembangunan Nasional.
Program-program yang direncanakan rapi oleh para pemikir negara di birokrasi (eksekutif) dan dibahas berkepanjangan di lembaga Rakyat (DPR/DPRD) kehilangan roh filosofi lebih-lebih lagi kehilangan Idealisme.
Tidak disangkal bahwa pembangunan secara fisik memang ada dan cukup pesat, hanya orang buta yang tidak melihatnya. Tapi sunguh-sungguhkah rakyat merasakan nikmatnya pembangunan dengan peningkatan kesejahteraan? Jawabannya Tidak! Strukturisasi kemiskinan semakin jelas dan nyata. Rakyat yang disebut dan dijamin oleh undang-undang dasar sebagai “atasnama” yang berdaulat, ternyata benar-benar atas-nama saja. Kedaulatannya hanya angan-angan dan hayalan belaka.
Undang-undang Otonomi yang berkali-kali dirobah dengan dalih penyempurnaan dalam kenyataannya tak lebih dari pasal-pasal karet yang ternyata tafsiran dan pelaksanaannya bisa di-plintir menurut kemauan penguasa lokal yang diberi mandat, jadi jangankan di plintir; otonomi daerah yang mengatur otonomi begitu luas, indah dan manisnya bagi mereka yang berkuasa, otonomi bahkan bisa “melahirkan” raja-raja baru dan penjajah ke-sesama anak bangsa.
Bagaimana tidak berlabel “penjajahan terhadap sesama anak bangsa”, jika yang kuat menindas yang lemah karena motif dendam, pertimbangan suka dan tidak suka mendominasi pendistribusian hak-hak rakyat, kebijakan pembangunan tidak dilandasi karena kebutuhan rakyat tapi kebijakan dibuat berdasarkan kebutuhan pembuat kebijakan itu sendiri, jika faktor “propesionalisme” dan “efektifitas fungsi” serta “hak dasar” dilanggar “tanpa hak”? Bagaimana jika hak Nelayan di-distribusikan ke para petani atau sebaliknya, apa lagi kalau hak petani dan nelayan dimanfaatkan oleh para keluarga pejabat dan koleganya tanpa hak? Bagaimana kalau kewenangan orang lain dikangkangi dan diatur oleh mereka yang tidak berhak? Bagaimana jika seorang propesional di parkir tanpa fungsi dan digantikan dengan orang yang tidak propesional karena pertimbangan subyektif? Bagaimana jika hak orang miskin di kebiri untuk memenuhi keperluan orang-orang yang tidak berhak? Bagaimana “pemberdayaan masyarakat” jika berobah menjadi “memperdayai masyarakat”? Bagaimana jika masyarakat diajar memalsukan dokumen kependudukan demi secuil bantuan?
Bentuk-bentuk “penjajahan terhadap bangsa dan kerabat sendiri” sesungguhnya amat mudah terjangkit dan merasuki pikiran orang-orang yang memiliki “kekuasaan” dan “kewenangan”. Dilakukan secara sadar karena dendam atau dilakukan karena memberi penghargaan kepada orang-orang yang dianggap berjasa lantas mengambil hak orang lain.
Meski bernada sinisme bahkan sedikit sarkastis tetapi fakta ini sangat akrab dengan kehidupan kita yang “mengelola pemerintahan”, dengan kehidupan kita rakyat yang “dikelola para pengendali negri”.
“Tidak ada pilihan lain kita harus berjalan terus, karena berhenti atau mundur berarti hancur. Akankah kita jual keyakinan kita dalam pengabdian tanpa harga? Akan maukah kita duduk satu meja dengan para pembunuh tahun yang lalu? Dalam setiap kalimat yang berakhiran ‘duli Tuanku!’, tidak ada pilihan lain kita harus berjalan terus” (bait puisi Taufik Ismail). Bait-bait puisi “perlawanan” seorang Taufik Ismail terhadap Para penjajah asing sangat tegas, tentu hal ini “lebih penting” untuk ditegaskan bagi sesama anak negeri. Bukankah kita sama? “Pemilik Sah Repoblik Ini”!
Kita yang bermata sayu yang menegaskan “kita harus berjalan terus”!
Atau kita para penjajah yang menegaskan “kita harus berjalan terus”!
Terserah!
*) Dirut LESDAM Sulawesi Selatan.

Tajuk
Pelajaran dari SBY dan SYL!
“Bukan Kabinet ‘Anti-Propesionalisme, Jasa Politik Dan Balas Dendam’.”
Pasca Kemenangan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dengan Budiono pada Pemilu Presiden yang lalu, “Rakyat” Indonesia bersorak, meluapkan kegembiraan karena kemenangan Indonesia. Sorak yang gegap gempita rakyat, bukan karena SBY-Budiono saja yang menang, tapi kemenangan rakyat dirayakan karena PILPRES dapat dilalui dengan tenang dan aman tanpa kekerasan dan konflik internal diantara anak bangsa. Meski “tanpa ritual dan upacara ucapan selamat” namun dapat disaksikan bahwa pesaing SBY-Budiono khususnya kubu Mega-Prabowo dapat menerima dengan legowo hasil PILPRES meski dengan berbagai catatan kecurangan didalamnya.
SBY sang Presiden incumbent dengan Tim Pemenangan Tingkat Nasional-nya tidak lalu kemaruk dan mabuk kemenangan; Justru dengan kenegarawanannya SBY-Budiono secara proaktif bersama Tim Pemenangan Tingkat Nasional-nya mengajak seluruh komponen bangsa dalam representasi kepentingan nasional untuk diajak bicara, bersama-sama menjadi pengelola negara ini dalam bentuk mengakomodir mentri-mentri kabinet Indonesia Bersatu jilid 2. Bukan rahasia lagi sebab media begitu ketat mengawal perjalanan “deal-deal politik” yang saat itu begitu kencangnya berputar.
Incumbent Presiden SBY-Budiono tidak hanya mengatur secara bijak pembagian “kue kekuasaan” kepada para pengusungnya, tetapi juga kepada para propesional yang tidak punya andil sedikitpun kepada pemenangan SBY-Budiono dalam Pilpres, bahkan meski secara akumulatif gerbong Partai Pengusung SBY-Budiono di Parlemen sudah mayoritas, pun-SBY-Budiono tetap merekrut mantan pesaing beratnya di Pilpres kecuali kubu Mega-Prabowo sebab yang belakangan ini terkait missi dan tradisi politik yang dibangun di PDIP yaitu Berkuasa atau Oposisi.
Lihatlah wajah Kabinet SBY-Budiono “Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2” disitu ada Tim Nasional Pengusung SBY-Budiono ada Kaum Propesional bahkan ada Pengusung Capres lain dari partai lain yang tentu menjadi “musuh bebuyutan” saat kampanye pemilihan presiden.
Pelaksanaan konstitusi oleh pemimpin yang mendapat amanat rakyat, tentu sepatutnya memiliki kearifan-kearifan universal, kearifan sebagai demokrat sejati dan kearifan sebagai pemimpin milik semua lapisan masyarakat dengan perbedaan warna politik yang menjadi kekayaan demokrasi Indonesia, sebagaimana SBY-Budiono memperlakukan Orang-orang yang paling berjasa di dalam pemenangannya menjadi presiden kembali, sebagimana SBY-Budiono memperlakukan Para Propesional yang sangat berkompotent di bidangnya dan sebagimana SBY-Budiono memperlakukan “musuh” dan “lawan” Politiknya.
Kita tidak pernah mendengar seorang SBY tiba-tiba memerintahkan Mendagri mencopot Gubernur atau Bupati karena ditengarai mendukung pasangan calon presiden yang lain, bahkan kita tidak pernah mendengar SBY tiba-tiba mengangkat “Keluarga Dekatnya pada jabatan tertentu untuk mendukung pemenangannya dalam Pilpres.
Hal sama juga terjadi dalam pemerintahan Gubernur Sulawesi Selatan DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MH dan Wagub Ir. H. Agus Arifin Nu’mang, M. Si, beberapa orang yang dikenal sangat dekat dengan mantan Gubernur HM. Amin Syam yang menjadi Pesaing utama dengan kemenangan tipis Syahrul-Agus dan diperoleh dengan bersusah payah sampai ke MA, tapi beberapa pejabat yang Pro bahkan sangat dekat dengan HM. Amin Syam tetap dapat terakomodir dalam pemerintahan “Sayang” Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang seperti A. Pabai Pabokori atau Andi Muallim dan yang lainnya yang sesungguhnya adalah “musuh politik SYL”.
Pemilukada Selayar baru saja berakhir, pasangan pilihan rakyat baru saja terpilih. Hasil Pilkada memenangkan “Rakyat Selayar” dengan kemenangan mutlak, kemenangan rakyat bukan karena pasangan tertentu telah menang, tetapi Pemilukada dapat dilalui dengan “aman, damai dan berjalan lancar”. Sayangnya Pasca Pilkada 2010 di Kabupaten Selayar baru baru ini, aroma rekonsiliasi antara kandidat semakin jauh, tali persatuan dan persaudaraan diantara anak bangsa di daerah ini semakin merenggang. Disisi kelompok yang kalah (pendukung selain Incumbent) jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan Pilkada sudah merasakan “kesadisan-kesadisan dan kekerasan Politik yang sistemik”; Mulai dari pemindahan sampai pada pemecatan pegawai, pemecatan pegawai pemerintah dilevel paling bawah yang paling banyak terjadi yaitu aparat desa, kepala dusun, RK, Pemandi mayat yang dilakoni oleh para kepala desa.
Hingga detik ini “ucapan selamat” dari kompetitor yang kalah belum juga terdengar disampaikan ke-kompetitor pemenang. Apalagi dari pemenang dengan inisiatif untuk upaya rekonsoliasi.
Rakyat Selayar dengan segala keluguan, kepolosan dan ketulusannya tidak akan pernah bisa berkutik, apalagi “protes” meskipun mereka pasti akan terkena inplikasi dengan kebijakan-kebijakan yang sarat dengan nuansa Politik, Dendam, kolutif, manipulatif dan perkoncoan.
Panasnya sekam permusuhan kalangan elite menjadi hal yang tidak terdeteksi secara kasat mata, tapi panas itu kian hari-kian bertambah, meluas dan mendalam. Kebijakan, Nurani, ketulusan dan kedewasaan sulit di temukan diantara mereka. Bahkan Ceramah di mimbar-mimbar-pun tidak dapat mengademkannya...
Ironi tapi faktual...
Tidakkah kita butuh perenungan yang mendalam dan mencontoh bagaimana seorang SBY, atau yang lebih dekat, seorang SYL bagaimana mengelola “kemarahan” politik terhadap lawan-lawannya?
Saat ini-di negri ini dibawah Kepemimpinan SBY banyak terjadi “Bencana Alam” sejak awal kepemimpinannya di periode ke 2, meski “bukan mutlak Azab dan kutukan” karena kesalahan pemimpin bangsa. Lalu “Bencana” apa yang akan menimpa Selayar tercinta jika para elitenya tidak mempunyai kenegarawanan sebagaimana SBY dan SYL? Wallahu A’lam!

Stop Pers
Ilyas alias Muh. Ilyas Alias Raja Baso
Kepada relasi dan pembaca yang dihubungi oknum tersebut dengan mengatasnamakan Tabloid Tanadoang Pos mohon tidak dilayani, sebab oknum tersebut telah diberhentikan sebagai kru Tanadoang Pos. Dan kepada yang bersangkutan dimohon kerelaannya untuk mengembalikan Kartu Identitas Wartawan/ Kartu Pers ke Redaksi demi menghindari penyalahgunaan yang berakibat Pidana. Diharapkan juga kepada yang bersangkutan untuk menyelesaikan Utang Piutang dengan Redaksi maupun dengan Kru Tapos yang terkait.


Kabar Dari Rantau
Masyarakat Selayar di Makassar
Harapan Himpunan Masyarakat Timoro (Hikmat) Tanete di Makassar Kepada Bupati Selayar
Salah satu organisasi Masyarakat Selayar di Luar Selayar yang aktif melakukan kegiatan kekerabatan untuk mempererat Silaturrahiim  dengan berbagai bentuknya adalah HIKMAT (Himpunan Keluarga Masyarakat Timoro) Tanete Selayar.
Ketua Umum Hikmat H. Achmat Rahman

Sekum Hikmat Anwar Paraga, SE

Bendum Hikmat H. Pattanete Dg. Manangkasi
Organisasi yang dipimpin Ketua Umum H. Achmad Rahman dan Sekretaris Umum: Muh. Anwar Paraga, SE. Serta Bendahara H. Pattanete Dg. Manangkasi ini mengadakan Pengajian Rutin Bulanan (tiap minggu ke-2 bulan berjalan) dengan penceramah tetap seorang Ustadz atau Dai Kondang di Makassar asal Selayar Ust. Badulu.
Kegiatan bulanan yang bertajuk Pengajian ini, dilaksanakan bergilir diantara rumah anggota Hikmat. Bulan lalu kegiatan dilaksanakan di rumah Ibu Andi Karama di Jl. Perumnas Tamalate.
Kegiatan Hikmat yang beranggotakan sekitar ± 70 KK, diikuti oleh anggota suami bersama istri masing-masing ini bertujuan menambah eratnya persaudaraan, silaturrahiim dan ilmu serta wawasan agama Islam anggota.
Untuk Bulan November ini kegiatan akan dilaksanakan di rumah bapak Drs. Andi Ahmad sesuai dengan perencanaan yang disepakati bulan sebelumnya.
Ketika Kru Tanadoang Pos biro Makassar Mastura, S. Ag berbincang dengan Sekretaris Umum Hikmat Anwar Paraga, SE menjelaskan harapannya terhadap Pemerintahan dan Pembangunan di Kabupaten Selayar, “Kami harapkan Pemda Selayar memperhatikan Pembangunan Infrastruktur yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, aksesibilitas ke sentra-sentra produksi pertanian dan perkebunan mestinya menjadi fokus Pemerintah. Seperti perintisan jalan yang pemerintah telah lakukan di pantai timur; ini sesuatu yang luar biasa, tapi mestinya pemerintah lebih konsisten dengan segera menganggarkan peningkatannya menjadi jalan aspal, kalau perlu Hot Mix”.
Sekretaris Umum Hikmat Anwar Paraga, SE seorang Konsultan Perpajakan ini menuturkan “Bagi kami masyarakat Selayar di perantauan tentu memberikan dukungan kepada Bupati Selayar yang terpilih untuk ke 2 kalinya, semoga Pak Syahrir lebih memperhatikan lagi Infrastruktur yang ada di kampung halaman kami di Kawasan Tanete Lama, sebab di sana adalah kawasan bersejarah yang masih tergolong terkebelakang menurut hemat kami”.
Anggota Hikmat Baca Tapos

Drs. Muh. Suaedi
Terkait kehadiran Tapos Selayar di Makassar dan di beberapa kota besar di Indonesia Anwar Paraga propesional Muda yang low profil ini menjawab, “Kita sudah lama merindukan Media seperti Tanadoang Pos, sebab kesibukan kita masing-masing di Makassar kadang-kadang membuat kita pulang mudik atau berlibur ke Selayarpun agak sulit, sehingga informasi yang dikabarkan melalui Tapos menjadi pengobatnya. Selain itu kami nilai Tapos memang relatif kritis dan jujur memberitakan keadaan diselayar”. Demikian Kunci Anwar Paraga. (Mastura-Kur-Juf. Tapos)

Pendidikan
Profil Sekolah
SDN Kaburu “Berprestasi dengan Keterbatasan fasilitas”.
“...menelusuri ruangan-ruangan yang ada di SDN Kaburu, tidak ditemukan ruangan Perpustakaan dan UKS, sementara bangunan yang ada kondisinya sudah harus direnovasi, fasilitas buang air besar/buang air kecil untuk para murid tidak tersedia, yang ada terbatas untuk  guru saja itupun kondisinya tidak layak”.
Nurdin, S. Pd. Ka. SDN Kaburu
Sejak berdirinya tahun 1960 telah mengalami berbagai problematika pendidikan; antara kwalitas dan fasilitas yang ada menjadi dua mata uang yang sangat menentukan kwalitas dan mutu pendidikan. Sejak dipimpin oleh Nurdin, S.Pd seorang guru yang malang melintang pernah bertugas diberbagai tempat di Selayar termasuk di Kepulauan, SDN Kaburu mulai menunjukkan peningkatan dan kwalitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. “SK pertama saya di sini, 7 tahun kemudia saya pindah ke pulau, setelah beberapa tahun dipulau saya pindah masuk lagi ke daratan Selayar, ditempatkan di SDN Mare-Mare terus ke SDN Cinimabela sekitar 2 tahun, hingga akhirnya saya kembali ke sini SDN Kaburu dan Alhamdulillah sekarang sudah sekitar 10 tahun”,
Proses belajar mengajar berlangsung dengan didukung oleh 10 orang tenaga pengajar yang terdiri dari Pegawai Negri Sipil  9 orang dan Honorer atau tenaga kontrak 1 orang. Meski kondisi ruang belajar yang terbatas  dan fasilitas Jamban yang kurang memadai, murid SDN Kaburu yang berjumlah 109 orang tetap semangat mengikuti bimbingan dan asuhan para guru dengan 5 ruang belajar representatif dan 1 ruang guru.
Sayangnya ketika kru Tapos menelusuri ruangan-ruangan yang ada di SDN Kaburu, tidak ditemukan ruangan Perpustakaan dan UKS, sementara bangunan yang ada kondisinya sudah harus direnovasi, fasilitas buang air besar/buang air kecil untuk para murid tidak tersedia, yang ada terbatas untuk  guru saja itupun kondisinya tidak layak.
Jumlah buku perpustakaan ratusan buah namun tentu saja karena fasilitas penyimpanannya tidak ada, otomatis buku-buku tersebut disimpan sekedarnya saja dan ini sangat menyulitkan murid-murid untuk mencari buku-buku yang diinginkan.
Nurdin sang Kepala ketika ditanya oleh kru Tapos mengenai peranan Dewan Sekolah (Komite Sekolah) menjelaskan, “kami selalu mengadakan konsultasi, kerja sama yang baik, Komite Sekolah sangatlah peduli, sangat memperhatikan pendidikan dan selalu memberikan dukungan kepada saya untuk selalu berbuat demi kemajuan SDN Kaburu”.
Salah seorang anggota Dewan Sekolah yang dimintai keterangannya menjelaskan, “kami berharap Pemerintah dapat memperhatikan Penambahan Fasilitas Ruang Belajar, Ruang Perpustakaan, Ruang UKS dan WC untuk murid“, demikian sumber dari Dewan Sekolah. Dari masyarakat disekitar SDN Kaburu menceritakan kepada Tapos, “Salah satu bentuk dukungan kepada pak Nurdin adalah disaat terjadi mutasi, kami memperotes ke Kepala Cabang Dinas dan Kadis Pendidikan kalau Kepala Sekolah dipindahkan, kami yakin akan terjadi banyak masalah, beliau sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri disini”.
Selain kegiatan belajar mengajar dipagi hari, untuk meningkatkan mutu pendidikan pak Nurdin sapaan Kepala sekolah dengan ciri berkaca mata ini, membuat jadwal kegiatan rutin disore hari (ekstra kurikuler) dan ternyata ini salah satu kunci keberhasilan mengantar SDN Kaburu meraih beberapa prestasi yang bisa menjadi contoh bagi Sekolah-sekolah lain. Kepada Tapos dengan muka bersemangat Nurdin menjelaskan, “Alhamdulillah SDN Kaburu sudah mulai diperhitungkan, padahal dulu kalau ada lomba Cerdas Cermat ditingkat Gugus untuk 5 sekolah, yang terkebelakan adalah SDN Kaburu. Dari 5 Sekolah di Gugus kami, yang urutan nomor 4 saja nilainya sudah 200 sementara SDN Kaburu belum ada. Sungguh sangat “memalukan”. Pada saat itu saya berfikir kenapa kita “tidak bisa”, kenapa guru-guru dan murid-murid saya “tidak bisa”? Lalu sebuah keberanian saya mulai muncul, menggagas ide meskipun saya sadar betul bahwa dengan adanya gagasan tentu membutuhkan pengorbanan yang banyak dan mesti bersedia menerima sorotan dari orang lain, itulah yang saya lakukan”.
“Syukur Alhamdulillah hasilnya; dalam bidang Study SDN Kaburu pernah diutus mewakili Selayar ditingkat Propinsi untuk Lomba Mipa”, sambil menunjuk jejeran piala yang terpajang di atas lemari. Nurdin sang Kepala Sekolah yang berperawakan atletis ini lanjut menjelaskan, “Kalau Bidang Olah Raga (Volly Ball) Kaburu juga pernah diutus mewakili Kab Selayar ditingkat Propinsi, selain itu baru kemarin SDN Kaburu juga menyabet piala Bupati sebagai Juara 1 Sepak Takraw putri, hadiahnya uang sebesar Rp. 1.500.000,- itupun saya tambah untuk lebih memotivasi agar prestasi dapat dipertahankan dan ditingkatkan”.
Ditanya soal siapa dibalik prestasi anak-anak SDN Kaburu, Nurdin menambahkan, “ini semua tak lepas dari peranan teman-teman guru honorer dan guru kontrak, saya secara khusus memberikan honor dan menyisipkan dana transportasi dari Anggaran Pendidikan Gratis, disamping peruntukan Anggaran Pendidikan Gratis yang saya berikan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu orang tuanya melengkapi pakaian”.
“Saat ini saya telah mencanangkan Pemakaian Jilbab atau Kerudung untuk murid-murid perempuan dan Kopiah atau Songkok untuk murid laki-laki, anak-anak rata-rata pulang jam 13.00 setelah Shalat Lohor Berjamaah, hal ini dilakukan karena saya belum puas kalau hanya prestasi biasa, lebih dari itu Moral dan Akhlak perlu dibangun dengan mengajarkan sejak dini kepada anak-anak untuk mengenal Tuhan Pencipta dan Penguasa Alama Semesta”, demikian Nurdin mengunci perbincangan. (Sal-Dedy. Tapos).

Tangnga Rasyid Kepala SDN Appattanah, “Senior dan Bersahaja”
“Untuk pendidikan di Desa Appatana ini sangat meningkat dan jauh perbedaannya  pada tahun sebelumnya (Bos dan Gratis belum di luncurkan)
Tangnga Rasyid Ka. SD Appattanah
Kepala SDN Appattanah Tangnga Rasyid, ditemui Wartawan Tapos pada jam istirahat sekolah di kampus SDN Appattanah baru-baru ini. Tangnga Rasyid kepala sekolah yang tergolong senior ini, dengan santai dan ramah menjelaskan kondisi belajar mengajar murid, guru SDN Appattanah serta masyarakat Desa Appattanah setelah adanya dana BOS dan dana Gratis.
“Beginilah kondisinya proses belajar mengajar di SDN Appatana ini sejak pemerintah luncurkan anggaran Bos dan Gratis”, pak Tangnga membuka pembicaraan dengan Tapos.
Di dampingi oleh guru bantunya pak Tangnga bertutur, “Dengan adanya Bos dan gratis ini sangat membantu masyarakat dan sekolah, karena guru-guru bantu saya sangat rajin mengadakan les, jadi kalau ada masyarakat Desa Appatana  yang tidak mau menyekolahkan anaknya sangat aneh karena pendaftaran Gratis, pakaian olahraga Gratis, buku tulis dan pulpen kami berikan kepada anak-anak dan guru mendapat komsumsi , sesuai dengan anggaran yang ada pada tiap-tiap tahun”.
Ketika Tapos bertanya tentang prestasi SDN Appattanah dengan adanya Bos dan Gratis di sekolah, kepala sekolah berperawakan kurus ini menjawab, “Untuk pendidikan di Desa Appatana ini sangat meningkat dan jauh perbedaannya  pada tahun sebelumnya (Bos dan Gratis belum di luncurkan). Contohnya tahun 2009 Lomba Matematika tinggkat SD Sekecamatan Bontosikuyu, SDN APPATANA juara 2 dan yang dikirim ke Makassar mewakili Kecamatan Bontosikuyu untuk mengikuti  lomba Matematika tingkat SD di Makassar termasuk murid SD Appatana dan di bidang pendidikan  olahraga juara 2 lomba sepak takro Sekecamatan Bontosikuyu pada tahun 2008”.
Soal Hubungan Sekolah dengan Masyarakat sekitar Sekolah pak tangnga menjelaskan,  “Sangat baik, bahwa lapangan takraw, bulu tangkis yang ada itu adalah kerjasama sekolah dengan masyarakat (sambil menunjuk lapangan yang ada di lingkungan sekolah) dan untuk pendaftaran murid baru sangat meningkat sampai kursi dan meja tidak memadai dengan murid yang mendaftar”.
Untuk mengkonfrontir penjelasan Kasek Tangnga, di tempat terpisah Wartawan Tapos menyambangi Kepada Kepala Desa Appatana  H. Lompo perihal keadaan SDN Appattanah, Kades H. Lompo dengan spontan menjawab “Apa yang dijelaskan pak kepala sekolah itu benar adanya”. (H. Ah/Apr. Tapos)

Indikasi “Beasiswa Miskin Disunat” di SDN Matalalang
Bandu, S. Sos. Dengan Nada Tinggi, “kenapa itu yang di tanyakan”
“Kami biasa dibebani biaya foto copy buku pelajaran dengan mengeluarkan biaya paling sedikit 20 ribu permata pelajaran”.
SD Matalalang, Beasiswa Miskin di"sunat"
Pertanggungjawaban penggunaan Beasiswa Miskin dan Dana BOS SDI Matalalang di tengarai bermasalah, dari hasil penelusuran kru tapos ditemukan banyak keganjilan dan dari keterangan yang diberikan pihak sekolah berbeda dengan keterangan murid dan orang tua murid yang mendampingi anaknya memberi keterangan kepada Tapos baru-baru ini. Berikut Laporannya.
Pihak Sekolah melalui keterangan bendahara BOS SDN Matalalang Ernawati, A. Ma, mengakui Beasiswa Miskin yang diberikan kepada murid yang berhak sebesar Rp. 360.000,- selain itu bendahara ketika ditanya perihal laporan pertanggungjawaban dana BOS, menjelaskan bahwa Laporan pertanggungjawabannya dibuat dirumah dibantu oleh sang suami, disebutkan pula bahwa dalam pembuatan laporan bendahara mencontohi laporan tahun sebelumnya. Penasaran dengan keterangan Bendahara SDN Matalalang, wartawan kami mencoba mengkonfirmasi Kepala Sekolah SDI Matalalang, Bandu, S. Sos saat di komfirmasi melalui telpon tentang Bea Siswa Miskin di sekolah yang dipimpinnya, dengan nada tinggi tanpa menjawab pertanyaan kami, Bandu berkata, “kenapa itu yang di tanyakan”. Indikasi adanya sesuatu yang ditutupi inilah mendorong kami lebih jauh mencari tahu ke pihak murid dan orang tua murid SDN Matalalang terkait kebijakan sekolah dalam pengelolaan atau pemberian beasiswa miskin.
Benar saja beberapa murid dan orang tua murid yang kami kunjungi dan menanyai perihal Beasiswa miskin ternyata yang mereka terima hanya sebesar Rp. 350.000, selain itu pihak orang tua murid mengaku tidak pernah mendapat undangan rapat dari pihak sekolah, “tidak pernah diadakan rapat, kami dipanggil satu-persatu oleh pihak sekolah, berbeda dengan sekolah lain”. Demikian sumber tersebut, yang kami lindungi identitasnya demi menghindari kemungkinan implikasi kurang baik bagi nara sumber.
Selain itu Pengakuan Bendahara Bos Ernawati, A. Ma. “Jumlah Siswa 59 orang, melalui dana Bos telah dibelanjakan untuk membeli Buku PKN untuk kelas 1 sampai kelas 3, Pembelian Buku IPS untuk Kelas 4 sampai kelas 6 untuk semua murid. Saat mengkonfrontir perihal tersebut, Orang tua murid dan murid SDN Matalalang yang kami tanyai bergantian membantahnya, “Kami biasa dibebani biaya foto copy buku pelajaran dengan mengeluarkan biaya paling sedikit 20 ribu permata pelajaran”.
Saking serunya diskusi dengan beberapa orang tua murid di Matalalang, mereka menjelaskan masaalah yang tidak kami tanyakan sembari menunjuk-nunjuk Pagar Sekolah yang terbuat dari bambu; “Pembuatan pagar itupun dibebankan kepada murid, sehingga murid yang orang tuanya tidak memiliki rumpun bambu terpaksa membeli”, ungkap orang tua murid SDN Matalalang dalam bahasa Selayar yang kental. (Juf-Kur. Tapos)

Pojok Kota Benteng
“Silaturrahiim dan Ngopi Bareng”
Kapolres Selayar dengan Kru Tanadoang Pos
“..., mengingat banyaknya kekerasan terhadap wartawan di Indonesia. Dengan tangan terbuka Kapolres Setiadi yang punya pengalaman di dunia jurnalistik inipun menyatakan akan memberikan jaminan keamanan jika Tapos meminta...”
Dirut Tapos Menjelaskan Renc. Tapos
Rubrik Pojok Kota Benteng biasanya diisi dengan Berita kondisi kota yang terkait dengan pelayanan pubik, seperti masalah persampahan, keindahan kota, fasilitas pelayanan publik atau peristiwa tertentu yang terjadi di Kota Benteng. Namun rubrik kali ini memberitakan Silaturrahiim dan ngopi bareng kru Tapos dengan Kapolres Selayar bersama Jajarannya di Warung Kopi Culang.
Suasana Pertemuan begitu santai, akrab dan jauh dari kesan formal sebagaimana pertemuan para pejabat pemerintah. Kapolres AKBP Setiadi, S. Ik, MH yang baru tiga hari bertugas di Selayar tak disangka seorang pejabat yang begitu familiar, merakyat dan sangat terbuka. Bukan hanya itu Perwira menengah yang satu ini ternyata punya pengalaman jurnalistik di kepolisian, pernah mengajar sebagai Dosen bahkan pernah mengenyam pendidikan/tugas Kepolisian di Amerika Serikat. Berbagai hal didiskusikan dengan kru Tapos mulai dari masalah keamanan sampai ke masalah ide cemerlang untuk membangun Media Centre di Mapolres Selayar. Berikut liputan Selengkapnya.
Propesionalisme Pers dan Kemitraan dengan Jajaran Polres Selayar
Rabu Tanggal 20 Oktober 2010 pukul 11.00 sampai menjelang pukul 12.00, Kru Tabloid Tanadoang Pos “Suara Rakyat Selayar” Yang terdiri dari Raja Bulan Haiyung (Kepala Bidang Sirkulasi dan Keuangan Tapos), Muh. Jufri (wkl. Koordinator Liputan/wartawan Tapos), H. Ahmad (wartawan Tapos), Apri Pratama (wartawan Tapos), Kurniawan (wartawan Tapos), Rusniati (wartawan Tapos) dipimpin oleh Direktur Lesdam, LSM Penerbit Tabloid Tanadoang Pos Abdul Halim Rimamba, baru-baru ini melakukan Silaturrahiim sekaligus Ngopi bareng dengan Kapolres Selayar Ajun Komisaris Besar Polisi Setiadi, S. Ik, MH di Dampingi Oleh Wakapolres Kompol Subur, Kabag. Ops Kompol H. A. Munir, SH , Kasat Reskrim Inspektur Satu Muh Asfah Husain, Kasat Intel Ajun Komisaris Polisi Azis Mallimpo  dan beberapa anggota Mapolres lainnya di Warkop Culang yang terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan Benteng Selayar.
Pada Kesempatan itu Kapolres Baru mengharapkan Kepada Kru Tapos agar “Propesional dalam bekerja, Memberitakan Kejadian yang sesungguhnya, pemberitaan yang berimbang alias tidak menghakimi dan yang terpenting adalah memberikan hak jawab kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan Oleh Tapos kalau ada yang merasa dirugikan”. Arahan Kapolres yang baru 3 hari bertugas di selayar ini langsung di Aminkan oleh kru Tapos yang turut dalam Silaturrahmi dan Ngopi  bareng Tapos-Polres tersebut, disamping itu perlu dibangun dan terus ditingkatkan kemitraan dan kerjasama dengan jajaran Kepolisian yang bernaung di jajaran Mapolres Selayar.
Selain memberikan arahan-arahan kepada kru Tapos, Kapolres yang Punya pengalaman tugas/pendidikan di negeri Paman Sam Amerika Serikat ini pun menjelaskan rencana kreatifnya membuka Media Centre di Markas Polres Selayar. “Saya akan Membuka Media Centre, sehingga kawan-kawan wartawan nantinya bisa mengakses banyak hal di Kepolisian Resort Selayar, tapi tentunya dengan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan Polres Selayar”.
Kekerasan Terhadap Pers Indonesia Butuh advis pro aktif Kepolisian
Suasana Kekeluargaan Dirut Tapos dengan Kapolres Setiadi
Dirut Tapos mewakili Pimpinan Redaksi M. Alwi pada kesempatan pertemuan penuh kekeluargaan dan keakraban itu meminta kepada Kapolres untuk memback up kru tapos dalam bertugas, mengingat banyaknya kekerasan terhadap wartawan di Indonesia. Dengan tangan terbuka Kapolres Setiadi yang punya pengalaman di dunia jurnalistik inipun menyatakan akan memberikan jaminan keamanan jika Tapos meminta, sembari mengeluarkan Hand Phone miliknya “Catat nomor saya dan masing-masing kru Tapos sms ke nomor saya, saya siap setiap saat membantu kalau diperlukan”, “Hanya saya minta teman-teman wartawan Tapos untuk mengkoordinasikan dengan saya kalau ada anggota saya yang hendak diberitakan”. Tegas Kapolres yang merupakan Putra Mojokerto (Pusat kerajaan Majapahit) di Jawa Timur ini.
Tabloid Tanadoang Pos Selain Bisa dibaca secara manual melalui edisi cetak, dapat pula diakses di cyber world (internet) dengan mengakses melalui mesin pencari http://www.google.co.id kemudian ketik taposselayar lalu Klik Tapos Okteber 2010 atau Tapos November 2010 Selain memberikan nomor hand phone, orang nomor satu dijajaran Polres Selayar yang sangat familiar ini, juga ternyata seorang pemanfaat tekhnologi dunia maya melalui face book maupun internet lainnya, terbukti dengan alamat FB dan Web site yang juga menjadi catatan kru tapos. (Juf-H.Ah-Apr-Rbh-Kur-Rus. Tim Tapos)

Lintas Desa
Muh Arsyad Manaba Kepala Desa Bonerate yang “Beriman”
“Pembangunan yang dilakukan pemerintah Desa Bonerate dibawah kepemimpinan Arsyad Manaba tergolong sukses dan signifikan hasilnya; ini terbukti dengan dibangunnya beberapa bangunan seperti Posyandu, Rumah Ibadah atau Masjid yang terletak di Dusun Miantuu, Sekolah Taman Kanak malah dibangun 2 buah yaitu TK Al Afdal dan TK Al Muttaqin, Jalanan rabat beton yang panjangnya 4,5 km menuju Dusun Miantuu. Kemudian dari segi ekonomi termasuk pertanian dan perkebunan hasilnya tidak kalah menggembirakan; tanaman jambu mente dan kacang ijo yang menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat Bonerate tetap menjadi andalan, di bidang Perikanan dan Kelautan juga tak luput dari perhatian serius Pemerintah Desa, Masyarakat Nelayan banayak mendapat bantuan dari Pemda termasuk petani rumput laut. Pemerintah juga telah membangun fasilitas pengadaan air bersih dan pengadaan mesin listrik”.
Arsyad Manaba Kades Bonerate
Desa Bonerate yang terletak di Kacamatan Pasi’ Marannu adalah desa induk, mempunyai luas wilayah ± 17.691,075 Ha dan jumlah penduduknya 2.997 jiwa atau 800 KK terdiri dari 6 dusun yaitu: Dusun Eroihu Barat, Eroihu Timur, Waikomba, Lamantu, Tumbua, Miantuu.
Arsyad Manaba Putra Asli Kelahiran Bonerate sekaligus Kepala Desa Bonerate setelah kedua kalinya maju sebagai calon kepala desa baru terpilih. Maju sebagai calon tahun 2002 namun gagal dan setelah tahun 2007 baru terpilih, kenapa seorang Arsyad Manaba begitu berambisi untuk menjadi Kepala Desa? Dari keterangan yang Tapos himpun di kantornya beliau menjelaskan “Saya ingin Desa Bonerate Maju dan Bersinar dan itu idealisme saya dari dulu. Desa Bonerate merupakan Desa induk diantara semua Desa yang ada diwilayah Kecamatan Pasimarannu, disamping itu saya mempunyai Visi-Misi untuk menjadikan Desa Bonerate menjadi Desa yang Beriman yaitu Idaman Maju Aman Dan Nyaman”.
“Justru berangkat dari kegagalan tersebut menjadi lebih percaya diri, saya tidak pernah pesimis untuk maju oleh karna itu saya sudah mempunyai persiapan-persiapan yang lebih matang bilamana kelak terpilih menjadi kepala desa, dan Alhamdulillah saya buktikan itu. Sayapun akan membuktikan untuk menjadikan Desa Bonerate sebagai Desa Induk Yang Maju Dan Bersinar. Saya berterimakasih kepada Masyarakat Desa Bonerate yang memberikan kepercayaan kepada saya sehingga tepat tanggal 10 oktober 2007 saya dilantik menjadi Kepala Desa Bonerate”.
Arsyad Manaba dikenal oleh masyarakat Desa Bonerate sebagai Kepala Desa yang Kreatif, sehingga pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat desa Bonerate bisa berjalan dengan baik, dari segi pemerintahan Arsyad Manaba melakukan perombakan Kelembagaan Desa yang tadinya hanya Kepala Urusan (KAUR) sekarang beliau membentuk dan mengangkat 3 Kepala seksi  dilingkup Pemerintah Desa Bonerate.
Pembangunan yang dilakukan pemerintah Desa Bonerate dibawah kepemimpinan Arsyad Manaba tergolong sukses dan signifikan hasilnya; ini terbukti dengan dibangunnya beberapa bangunan seperti Posyandu, Rumah Ibadah atau Masjid yang terletak di Dusun Miantuu, Sekolah Taman Kanak-Kanak malah dibangun 2 buah yaitu TK Al Afdal dan TK Al Muttaqin, Jalanan rabat beton yang panjangnya 4,5 km menuju Dusun Miantuu. Kemudian dari segi ekonomi termasuk pertanian dan perkebunan hasilnya tidak kalah menggembirakan; tanaman jambu mente dan kacang ijo yang menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat Bonerate tetap menjadi andalan, di bidang Perikanan dan Kelautan juga tak luput dari perhatian serius Pemerintah Desa, Masyarakat Nelayan banayak mendapat bantuan dari Pemda termasuk petani rumput laut. Pemerintah juga telah membangun fasilitas pengadaan air bersih dan pengadaan mesin listrik.
Kedepan kami lebih optimis bila program bisa berjalan dengan baik dan dapat terlaksana serta didukung oleh masyarakat maka Kesejahteraan masyarakat dapat tercipta sebagaimana Motto Desa Bonerate menjadi Desa yang Beriman yaitu Idaman Maju Aman Dan Nyaman”. (Tia. Tapos)

Andi Alang Ketua Apdesi (Kepala Desa Jambuiya)
Menepis Tudingan Menjawab Tantangan
“Pemberitaan yang mengatakan dana Apdesi sampai ratusan juta rupiah adalah pernyataan mengada-ada atau mengira-ngira saja, fakta yang bisa dipertanggungjawabkan adalah bahwa sampai saat ini tidak sampai jumlah tersebut.... (Ketua Apdesi).
Andi Alang, Ketua APDESI
Ketua Assosiasi Pemerintahan Desa Se Kabupaten Selayar Andi Alang yang dipojokkan dengan berbagai tudingan yang dialamatkan kepada dirinya memberikan klarifikasi ke redaksi Tapos beberapa waktu yang lalu. Sikap kesatria yang ditunjukkan Pak Ketua atau Pak Desa demikian Andi Alang sering disapa ini menunjukkan Tanggungjawab yang begitu besar terhadap Posisi dan Amanat yang diembannya, baik sebagai Ketua APDESI (Organisasi para Kepala Desa) maupun sebagai Kepala Desa Jambuiya.
Berikut keterangan Persnya yang disampaikan ke Wartawan Tapos Jufri dan Kurniawan.
Terkait tudingan bahwa kas Apdesi sampai saat ini sudah ratusan juta dibantah keras “Pemberitaan yang mengatakan dana Apdesi sampai ratusan juta rupiah adalah pernyataan mengada-ada atau mengira-ngira saja, fakta yang bisa dipertanggungjawabkan adalah bahwa sampai saat ini tidak sampai jumlah tersebut, tahun 2008 ada di kas Bendahara. Tahun 2009 saya telah menerima Rp. 33.000.000, tetapi saya juga belum tahu berapa Desa yang telah memasukkan Iuran dan yang belum. Untuk Tahun 2010 baru Rp. 5.000.000 yang masuk ke Kas APDESI”. Tangkis Andi Alang.
Ketika dikonfrontir terkait permintaan bantuan ke Bupati terkait Study Banding atau Kegiatan lainnya Andi Alang menjelaskan, “memang saya menggunakan Dana APDESI pada saat menghadiri undangan Pertemuan Pengurus APDESI se Indonesia Timur sebesar Rp. 11.100.000 dan berangkat dengan 4 orang; saya, Bendahara, Ketua Asosiasi BPD dan Amiruddin (Kepala Desa Lalangbata). Untuk kegiatan tersebut kami naik pesawat terbang dan nginap di Hotel serta transpor lainnya. Setelah kami hitung jumlah tersebut tidak mencukupi sehingga saya menghadap ke Pak Bupati untuk menutupi kekurangan dana tersebut, yang diberikan pak Bupati hanya untuk uang saku dan lainnya”.
Secara detail, Andi Alang merinci jumlah Dana Apdesi: “Dana APDESI yang terkumpul untuk tahun 2008 saya kira sudah jelas, dan ada di Bendahara, tahun 2009 sebesar Rp. 33.000.000 dan untuk tahun 2010 sebesar Rp. 5.000.000. Penggunaan Dana untuk tahun 2008 saya kira sudah jelas di program kerja, contohnya penggajian 2 orang staf APDESI sebesar Rp. 500.000 per bulan. Jadi keterangan dari teman sejawat itu tidak benar karena dia menjumlah dari 2008 sebesar Rp. 36.000.000, tahun 2009 sebesar Rp. 68.000.000, tahun 2010 sebesar Rp. 68.000.000 sehingga dia menganggap bahwa itu sudah ratusan juta. Ini belum terhitung penggunaan Dana pada acara pertemuan APDESI seperti di jelaskan di atas”.
Penggunaan Dana menurut pak Ketua ini, “Pembiayaan tergantung dari program Kerja, pembelian ATK, honor staf, biaya rapat-rapat dan lain-lain termasuk Study Banding yang baru-baru ini, pokoknya sisa Kas Apdesi saat ini sebesar Rp. 46.000.000”.
Tentang sinyalir kalau Andi Alang diminta mundur, secara diplomatis menjawab, “Saya kira ini bukan solusi terbaik, itu perlu dirapatkan dalam organisasi. Karena keberhasilan sebuah organisasi adalah hasil kerja semua anggota bukan hanya satu orang. Seperti di APDESI, semua Kepala Desa adalah Pengurus  APDESI”. Bahkan secara tegas Andi Alang menyatakan, “Saya selaku Ketua APDESI siap dan akan mempertanggungjawabkannya kalau memang di perlukan”.
Dibagian lain terkait dengan Pemerintahannya di Desa Jambuiya dan tudingan soal pembagian Raskin andi Alang kembali meluruskan, “Mengenai Raskin, selama menjabat sebagai Kepala Desa penyaluran Raskin saya serahkan kepada Kepala Dusun masing-masing, soal banyak masyarakat saya yang belum dapat, itu karena beras Raskin-nya biasa kurang dan sering terlambat”. Soal temuan Bawasda yang di publisir Ketua BPD Muh. Saing”. Andi Alang kembali menegaskan: “Memang ada temuan dari Bawasda, tetapi setelah di adakan Rapat Paripurna BPD dengan Kepala Desa dan mengundang masyarakat serta dengan beberapa pertimbangan, kami sepakat  untuk mengembalikan ke Kas Daerah, nah persoalannya sudah selesai kan, kenapa harus diungkap lagi seoloah-olah saya yang makan uangnya”, tegasnya sembari menutup perbincangan dengan Tapos. (Juf-Kur. Tapos)

HARAPAN ALI IMRAN, SE. KEPALA DESA TANETE KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN SELAYAR
.....”Desa Tanete ini sangat membutuhkan pengeboran sumur untuk menunjang pelaksanaan pertanian karena akan di fungsikan sebagai sumber pengairan ke kebun-kebun Masyarakat, serta tenaga penyuluh yang betul-betul terjun ke lapangan memberikan arahan kepada petani secara efektif,  semua ini perlu perhatian Pemerintah Kabupaten untuk mencapai keberhasilan masyarakatnya karena selama ini masih kurang di perhatikan sehingga tarap hidup masyarakat bisa dikatakan di bawah standar”.
Ali Imran, SE Kades Tanete
Kades Tanete dikenal sebagai Kepala Desa yang Vokal, bukan sekedar vokal tanpa bobot, tapi Ali Imran punya kemampuan diplomatik dan argumentatif yang cukup kuat serta fonetik berbahasa Indonesianya yang lumayan, terbukti dengan perbincangan yang dilakukan oleh Tapos dengan Pak Desa yang punya pendidikan S1 dan style akademisi yang masih kental ini.
Dalam perbincangan yang cukup dinamis dengan wartawan Tapos, Kepala Desa Tanete Ali Imran mengungkapkan, “Desa Tanete masih berada pada posisi tertinggal, olehnya itu saya sebagai kepala desa mesti memahami dengan baik kondisi Desa saya yang terdiri dari 6 Dusun dengan jumlah penduduk kurang lebih 2000 jiwa”.
Ali Imran alias Andi Makmur begitu sapaan akrabnya sejak awal menjabat Kepala Desa Tanete mempunyai motivasi yang tinggi untuk memajukan Desa Tanete sejajar dengan Desa-Desa yang lain bahkan bisa melebihinya.
Kepada wartawan Tapos dia menjelaskan Visi dan Misinya untuk meningkatkan Pembangunan Desa Tanete, Visi saya dalam membangun Desa Tanete adalah Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat lewat kegiatan-kegiatan Ekonomi Masyarakat berdasarkan Budaya-budayanya seiring dengan Peningkatan Kualitas Iman. Untuk menunjang tercapainya visi tersebut, saya membuat terobosan untuk meningkatkan pendapatan Masyarakatnya dengan cara mendukung kegiatan-kegiatan masyarakatnya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan budaya masyarakat yang berkembang dalam kehidupan sehari-harinya”.
Selain menjelaskan visi dan misinya Kepala Desa yang tergolong Ganteng ini banyak sekali menjelaskan latar-belakang visi-misinya secara ilmiah dan sarat dengan muatan agama.
“Perihal kondisi Desa Tanete yang 70 % masyarakatnya adalah Petani, selebihnya Peternak, Nelayan dan PNS. Dengan mayoritas Masyarakat Petani yang di dukung dengan potensi Alam ( Lahan Pertanian )” tutur Ali Imran, beliau sangat yakin akan keberhasilan di sektor pertanian sehingga menunjang kehidupan masyarakatnya yang nantinya bisa sejahtera.
“Namun dalam melaksanakan kegiatannya, masyarakat terkendala dengan beberapa hal, diantaranya kebijakan Pemerintah Kabupaten kurang begitu menyambung, makanya di butuhkan orang yang mampu menjembatani hal ini, disinilah Peran Pemerintah Desa untuk menyampaikan apa kebutuhan masyarakat di Desanya, seperti Kebutuhan Desa Tanete di bidang Pertanian, dalam hal Pengairan, pengadaan Bibit dan tenaga Penyuluh”. Sambungnya.
“Pemerintah Desa butuh satu gebrakan Pembangunan Pertanian , misalnya Membuat Kebun Percontohan, karene Desa Tanete selama ini belum ada pemahaman tentang Pertanian secara propesional. Untuk mewujudkan ini, maka disinilah peran penting seorang tenaga Penyuluh, sehingga nantinya petani yang selama ini menggunakan cara-cara tradisional bisa beralih menggunakan tekhnologi modern, sehingga nantinya bisa meningkatkan taraf pendapatan masyarakatnya”. Tandas kepala desa yang low profile namun bisa juga blak-blakan ini.
Harapan pak desa terhadap Pemkab? Andi Makmur menjawab”Desa Tanete ini sangat membutuhkan pengeboran sumur untuk menunjang pelaksanaan pertanian karena akan di fungsikan sebagai sumber pengairan ke kebun-kebun Masyarakat, serta tenaga penyuluh yang betul-betul terjun ke lapangan memberikan arahan kepada petani secara efektif,  semua ini perlu perhatian Pemerintah Kabupaten untuk mencapai keberhasilan masyarakatnya karena selama ini masih kurang di perhatikan sehingga tarap hidup masyarakat bisa dikatakan di bawah standar, olehnya itu perlu singkronisasi program antara Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten guna terlaksananya Pembangunan untuk mewujudkan Masyarakat yang makmur dan sejahtera”. Kunci Andi Makmur menutup perbincangannya. (M. Jufri-Kurnia. Tapos)

Nantikan Tanadoang Pos Edisi Desember
1.      Catatan Program 100 hari Bupati Selayar “enakan makan Singkong dialam nyata, ketimbang makan Roti di dalam mimpi”.
2.      10 Kepala Desa Terkorup di Kabupaten Selayar (berita tunda edisi lalu)
3.      Degradasi Idealisme para pendidik
4.      5 SKPD (Kepala Dinas, Badan dan Camat) Berkinerja Terburuk.
5.      Wawancara dengan Mustafa Kepala Desa Menara Indah
(Propek Pariwisata di Pulau Pasi’Pa’lampuang)
6.      Meraup Untung di Proyek PNPM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar